Minggu, 23 November 2014

SEJARAH MENWA MAHAWIJAYA

 RESIMEN MAHAWIJAYA


Benih Resimen Mahawijaya tercipta pada tahun 1963. Saat itu telah ada pelatihan kemiliteran bagi mahasiswa di perguruan tinggi yang ada di provinsi Sumatera Selatan. Para pembinanya antara lain adalah : Letnan Kolonel A. Mastjik dan Kapten Chaidir Basri. Hal ini merupakan perwujudan perintah Menteri PTIP Nomor 1/1962 tentang pembentukan korps sukarelawan diperguruan tinggi.

Setelah dihapuskannya Walawa sebagai mata kuliah wajib, maka disusunlah rencana pembentukan wadah para mahasiswa yang telah mengikuti kegiatan tersebut. Pada tanggal 20 Januari 1970 lahirlah Resimen Mahasiswa Mahawijaya. Peresmian ini dilakukan oleh Gubernur Sumatera selatan waktu itu, yaitu Haji Asnawi Mangku Alam, besamaan dengan dilantiknya komandan resimen. Komandan I Mahawijaya adalah Kolonel Yahya Bahar, yang juga menjabat sebagai Komandan Resimen Induk Daerah Militer II Sriwijaya.

Untuk memudahkan pengendalian anggota, maka dibentuklah satuan Menwa, dengan tingkatan batalyon. Satuan yang tertua adalah Batalyon A Universitas Sriwijaya, yang didirikan pada tanggal 20 Januari 1971.

Di antara tahun 1974 dan 1976, dilakukan penyempurnaan masalah administrasi dan operasi, setelah selama beberapa waktu terjadi ketidakjelasan dalam hal pembinaan. Untuk mengatasi hal ini, setelah keluarnya SKB 3 Menteri pada tahun 1975  diutuslah beberapa orang anggota untuk mengikuti Kursus Kader Pimpinan (Suskapin) Menwa di Jakarta. Dan pada tahun 1976, kiprah secara nasional Resimen Mahawijaya dmulai dengan dilakukannya pengiriman anggota ke Timor Timur dalam kaitannya dengan Operasi Seroja.
Pada tahun 1977, terbentuklah susunan staf Komen, dibawah komando Mayor (Czi) Rubandi, Kasdim 0418/BS Palembang saat itu.
Selanjutnya pada tahun 1978, dilaksanakan Pendidikan Dasar (Diksar) Angkatan I Menwa, bertempat di Susjur Kodiklat Kodam II Sriwijaya. Kegiatan ini diikuti oleh 60 orang mahasiswa. Pada tahun berikutnya, dimulailah kegiatan baru, yaitu Pra Pendidikan Dasar Kemiliteran (Pradiksarmil). Saat itu pula didirikan pula satuan-satuan Menwa di perguruan tinggi yang ada.
Pada tahun 1980, diadakan pembenahan organisasi. Hal ini dilakukan dengan digantikannya penamaan batalyon yang menggunakan abjad (A, B, C dst) menjadi nama yang menggunakan angka romawi (I, II, III dst). 

KOMANDO RESIMEN MAHAWIJAYA MEMILIKI LAMBANG YANG MEMPUNYAI UNSUR-UNSUR TERSENDIRI

Makna 7 Unsur Lambang
 
  1. Perisai Segidelapan 
    Keteguhan sikap setiap wira, yang dalam setiap langkah dan tindakannya selalu berpedoman pada 8 wajib ABRI.
  2. Sayap burung sebanyak 7 lembar di tiap sisi 
    Menggambarkan tingginya cita-cita setiap wira Resimen Mahawijaya, baik untuk mencapai kesempurnaan di dalam berbakti di dalam berbakti pada nusa dan bangsa atau pun dalam penyempurnaan keluhuran budi. Tujuh lembar saya mengggambarkan 7 marga yang juga dipergunakan sebagai pedoman dalam menjalankan tugasnya.
  3. Keris
    Senjata ini telah digunakan sejak dulu kala, melambangkan pertahanan yang kokoh kuat dalam menghadapi tantangan, hambatan atau pun serangan dari luar mau pun dalam. Sembilan liuk menunjukkan 9 aliran sungai di Sumatera Selatan, yang dikenal dengan nama Batanghari Sembilan.
  4. Buku Tulis
    Tujuan mulia wira Resimen Mahawijaya adalah belajar, walau pun tugas-tugas kemenwaan selalu menanti untuk dilaksanakan sesuai dengan Tugas Pokok Fungsi Resimen Mahasiswa.
  5. Bunga Melati (Jasminum Species)
    Kesucian, kemurnian hati, kewibawaan dan kesetiaan pada Dasar Negara Pancasila ditunjukkan oleh 5 kelopak bunga.

  6. Bintang Kejora
    Setiap wira Resimen Mahawijaya mendapatkan penerangan hati agar untuk mencapai tujuan luhur bangsa..
  7. Senapan dan Bulu Kalam
    Menggambarkan persaudaraan sesama wira di Indonesia
 
KOMANDO RESIMEN MAHAWIJAYA MEMILIKI 

Semboyan: "Patah Tumbuh Hilang Berganti"
Pergantian generasi selalu terjadi di dalam tubuh Resimen Mahawijaya, dengan tetap membawa tujuan semula.

 


 
 
Makna 5 Unsur Warna
 
  1. Merah
    Berani menghadapi segala permasalahan yang timbul.
  2. Biru
    Kesederhanaan dalam setiap tindakan yang diambil.
  3. Putih
    Kesucian.

  4. Kuning
    Kemakmuran.
  5. Hitam
    Keuletan dalam meghadapi tantangan dan menjalankan tugas. 

Seiring dengan berjalannya waktu dan realita kehidupan, Menwa tergerak untuk mereformasi diri. Mereformasi diri dalam artian memiliki sikap dan sifat yang nintelektual dan dituntut untuk menjadi seorang mahasiswa yang Terdidik dan juga Terlatih.

Dibawah Komando dari Komandan Resimen Mahawijaya Sumatera Selatan Periode 2008-2010 yang pada saat itu komandan Resimen Mahawijaya Sumatera Selatan dipimpin oleh Endirsyah Zainal. SH. MM. MH.
dan Eko Putra S.pd sebagai Wakil komandan menwa Mahawijaya Terus melakukan perbaikan untuk membawa menwa kearah yang lebih Baik.

setalah periode tersebut kembali diadakan rapat komando daerah dimana KOMANDAN KOMANDO RESIMEN MAHAWIJAYA SUMATERA SELATAN terpilih kembali untuk memimpin Resimen Mahawijaya dan untuk Periode ini sebagai Wakil Komandan Resimen Mahawijaya terpilih adalah Muhammad Iqbal. S,hum.
Diperiode inilah menwa kembali Eksistensi disetiap Perguruan tinggi di Sumatera selatan.

setelah Habisnya masa jabatan DANMENWA Periode 2008-2010 diadakan Rakomda kembali, dimana untuk periode berikutnya yaitu tahun 2012-2014 Terpilihlah Muhammad Iqbal. S,hum sebagai Komandan Menwa Mahawijaya Sumatera Selatan dan Ali Wijaya. SH. sebagai Wakil Komandan yang Terpilih.
Diperiode ini Menwa kembali Memulai kejayaannya dimana menwa kembali dikenal didalam masyarakat dan mahasiswa dan memiliki banyak relasi baik didalam lingkungan Birokrat dan masyarakat, perjuangan Kepemimpinan Menwa tidak berhenti sampai disitu saja, untuk selanjutnya Menwa Mahawijaya Kembali Mempererat Hubungan komunikasi antara TNI dan Menwa.
Pada masa periode ini pula Menwa MAHAWIJAYA menciptakan Sejarah, dimana Terbentuknya beberapa Submenwa Disumatera Selatan diantaranya Submenwa STIE Rahmaniyah Sekayu dan STAIN Misbhaul  Baturaja dan Sampai pada saat ini Menwa Mahawijaya Telah Banyak Melakukan Kegiatan-kegiatan sosial baik tarap kota dan Propinsi.

MARI KITA MELANJUTKAN DAN MENERUSKAN CITA-CITA ANAK BANGSA INDONESIA UNTUK MEMBAWA MENWA KEARAH YANG LEBIH BAIK.
HIDUP ADALAH PROSES DAN SETIAP TETES KERINGAT ADALAH JERIH PAYAH YANG HARUS KITA BAYAR DENGAN PENGABDIAN SESUAI DENGAN SEMBOYAN KITA "WIDYA CASTRENA DHARMA SIDDHA"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar